Komunikasi sebagai bagian yang tidak pernah lepas dari
kehidupan manusia sejatinya telah ada semenjak para manusia itu sendiri
diciptakan. Sifat manusia yang berorientasi sosial membuat interaksi satu sama
lain tak terelakkan. Pesan-pesan yang terangkum dalam berbagai gaya Komunikasi
diharapkan selalu tersampaikan dan diterima dengan baik oleh para pelaku
Komunikasi dengan harap memberikan efek atau pengaruh kepada penerima pesan.
Komunikasi sendiri memiliki beberapa cabang sebagai
sandaran, seperti Komunikasi budaya, Komunikasi bisnis, Komunikasi bencana, dan
termasuk salah satunya adalah Komunikasi Profetik yang memiliki landasan studi
Islam. Secara Bahasa, Komunikasi Profetik dapat diartikan sebagai Komunikasi
kenabian yang diambil dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu “prophet”. Menurut
A’yuni dalam tulisannya yang berjudul “Membumikan Dakwah Berbasis Komunikasi Profetik
di Era Media Baru”, Komunikasi Profetik mengambil intisari pola Komunikasi dari
nabi Muhammad SAW yang penuh nilai dan etika.
Komunikasi Profetik pada awalnya digagas oleh seorang
guru besar dari Universitas Gajah Mada, yaitu Kuntowijoyo. Kajian sosiologi
menjadi salah satu dasar lahirnya cabang ilmu baru ini dengan semangat
humanisasi, liberasi dan transendensi. Humanisasi sendiri berarti adanya
upaya mengembalikan kodrat manusia
kepada semestinya, liberasi berarti pembebasan manusia dari struktur sosial
yang semakin tidak jelas batas dan penempatannya, dan yang terakhir transendensi
yang berarti mengembalikan manusia sesuai dengan agama. Dengan begitu
Komunikasi Profetik menjadikan orang yang mempelajarinya diharapkan mendapat
pesan Komunikasi untuk memiliki sifat dan sikap cerminan kenabian dalam
kehidupan sehari hari.
Kuntowijoyo sendiri mengambil kata Profetik mengacu pada
peristiwa Isra’ Miraj. Dimana puncak kenikmatan seorang manusia adalah ketika dapat
berhubungan dan dekat langsung dengan Rabbnya, namun Nabi Muhammad SAW memilih
untuk kembali ke bumi dengan misi kenabiannya yaitu memberikan suri tauladan kepada
umatnya. Sikap yang ditunjukkan oleh Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa
dirinya sebagai seorang Rosul pun turut mementingkan kehidupan sosialnya selain
kepentingan agama. Semangat itu jugalah yang mendorong Kuntowijoyo untuk
mengorbitkan Komunikasi yang berlandaskan agama Islam.
Kuncian Komunikasi Profetik hampir seluruhnya bersumber
dari pedoman umat Islam juga, yaitu Al-Quran dan Hadist. Dimana sebenarnya telah
tergambarkan jelas bagaimana kehidupan para nabi dan contoh-contoh dari masa
lampau yang dapat kita jadikan pedoman
hidup tidak hanya dalam beragama namun juga dalam kehidupan sosial. Salah satu
ayat yang dapat dikatakan sebagai penyumbang lahirnya Komunikasi Profetik ini
adalah Q.S Ali Imron ayat 110 yang memiliki arti “Kamu (umat Islam) adalah umat
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang
makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, terntulah itu lebih baik dari mereka. Diantara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”. Kuntowijoyo sendiri
menginginkan wahyu dapat dijadikan alternatif sumber ilmu pengetahuan yang
lebih bersifat transformative, diskursif, dan juga dinamis.
Beberapa prinsip Komunikasi Profetik dalam Al-Quran dapat
ditinjau melalui konsep Qaulan Sadiidan (adil dan benar dalam perkataan),
Qaulan Baliighan (tersampaikan dan membekas), Qaulan Maysuuran (mudah dipahami,
dicerna, dan dimengerti), Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut, tidak mencerca,
menyakiti, atau kasar), Qaulan Kariiman (dengan ungkapan yang baik, sopan dan
santun), dan Qaulan Ma’ruufan (dilandasi dengan ucapan yang baik, tidak provokasi,
dan memantik emosi).
Mungkin Komunikasi Profetik sebagai sebuah keilmuan bagi
beberapa orang dianggap sebelah mata, namun pada dasarnya tingkatan Komunikasi Profetik
sebagai sebuah keilmuan setara dengan cabang keilmuan lain. Dimana sebuah ilmu tercipta
dan dikembangkan berdasarkan riset dan pengalaman masa lalu. Itulah yang turut
mendasari Kuntowijoyo menjadikan sebuah konsep wahyu sebagai dasar sumber pengetahuan.
Komunikasi Profetik juga menjadi salah satu keilmuan yang
dipelajari pada Universitas khususnys Universitas Islam Negeri termasuk UIN
Sunan Kalijaga. Komunikasi Profetik salah satunya dibawa oleh Prof. Iswandi
sebagai sebuah keilmuan yang diajarkan di UIN Sunan Kalijaga dengan mengambil
intisari Ilmu Sosial Profetik yang digagas oleh Kuntowijoyo selaku guru besar
Universitas Gajah Mada.
Andrean Nur Fauzi
18107030063