Jejak Pertama Komunikasi Profetik - Andreannf

Sunday, April 18, 2021

Jejak Pertama Komunikasi Profetik


            Komunikasi sebagai bagian yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sejatinya telah ada semenjak para manusia itu sendiri diciptakan. Sifat manusia yang berorientasi sosial membuat interaksi satu sama lain tak terelakkan. Pesan-pesan yang terangkum dalam berbagai gaya Komunikasi diharapkan selalu tersampaikan dan diterima dengan baik oleh para pelaku Komunikasi dengan harap memberikan efek atau pengaruh kepada penerima pesan.

            Komunikasi sendiri memiliki beberapa cabang sebagai sandaran, seperti Komunikasi budaya, Komunikasi bisnis, Komunikasi bencana, dan termasuk salah satunya adalah Komunikasi Profetik yang memiliki landasan studi Islam. Secara Bahasa, Komunikasi Profetik dapat diartikan sebagai Komunikasi kenabian yang diambil dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu “prophet”. Menurut A’yuni dalam tulisannya yang berjudul “Membumikan Dakwah Berbasis Komunikasi Profetik di Era Media Baru”, Komunikasi Profetik mengambil intisari pola Komunikasi dari nabi Muhammad SAW yang penuh nilai dan etika.

            Komunikasi Profetik pada awalnya digagas oleh seorang guru besar dari Universitas Gajah Mada, yaitu Kuntowijoyo. Kajian sosiologi menjadi salah satu dasar lahirnya cabang ilmu baru ini dengan semangat humanisasi, liberasi dan transendensi. Humanisasi sendiri berarti adanya upaya  mengembalikan kodrat manusia kepada semestinya, liberasi berarti pembebasan manusia dari struktur sosial yang semakin tidak jelas batas dan penempatannya, dan yang terakhir transendensi yang berarti mengembalikan manusia sesuai dengan agama. Dengan begitu Komunikasi Profetik menjadikan orang yang mempelajarinya diharapkan mendapat pesan Komunikasi untuk memiliki sifat dan sikap cerminan kenabian dalam kehidupan sehari hari.

            Kuntowijoyo sendiri mengambil kata Profetik mengacu pada peristiwa Isra’ Miraj. Dimana puncak kenikmatan seorang manusia adalah ketika dapat berhubungan dan dekat langsung dengan Rabbnya, namun Nabi Muhammad SAW memilih untuk kembali ke bumi dengan misi kenabiannya yaitu memberikan suri tauladan kepada umatnya. Sikap yang ditunjukkan oleh Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa dirinya sebagai seorang Rosul pun turut mementingkan kehidupan sosialnya selain kepentingan agama. Semangat itu jugalah yang mendorong Kuntowijoyo untuk mengorbitkan Komunikasi yang berlandaskan agama Islam.

            Kuncian Komunikasi Profetik hampir seluruhnya bersumber dari pedoman umat Islam juga, yaitu Al-Quran dan Hadist. Dimana sebenarnya telah tergambarkan jelas bagaimana kehidupan para nabi dan contoh-contoh dari masa lampau yang  dapat kita jadikan pedoman hidup tidak hanya dalam beragama namun juga dalam kehidupan sosial. Salah satu ayat yang dapat dikatakan sebagai penyumbang lahirnya Komunikasi Profetik ini adalah Q.S Ali Imron ayat 110 yang memiliki arti “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, terntulah itu lebih baik dari mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”. Kuntowijoyo sendiri menginginkan wahyu dapat dijadikan alternatif sumber ilmu pengetahuan yang lebih bersifat transformative, diskursif, dan juga dinamis.

            Beberapa prinsip Komunikasi Profetik dalam Al-Quran dapat ditinjau melalui konsep Qaulan Sadiidan (adil dan benar dalam perkataan), Qaulan Baliighan (tersampaikan dan membekas), Qaulan Maysuuran (mudah dipahami, dicerna, dan dimengerti), Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut, tidak mencerca, menyakiti, atau kasar), Qaulan Kariiman (dengan ungkapan yang baik, sopan dan santun), dan Qaulan Ma’ruufan (dilandasi dengan ucapan yang baik, tidak provokasi, dan memantik emosi).

            Mungkin Komunikasi Profetik sebagai sebuah keilmuan bagi beberapa orang dianggap sebelah mata, namun pada dasarnya tingkatan Komunikasi Profetik sebagai sebuah keilmuan setara dengan cabang keilmuan lain. Dimana sebuah ilmu tercipta dan dikembangkan berdasarkan riset dan pengalaman masa lalu. Itulah yang turut mendasari Kuntowijoyo menjadikan sebuah konsep wahyu sebagai dasar sumber pengetahuan.

            Komunikasi Profetik juga menjadi salah satu keilmuan yang dipelajari pada Universitas khususnys Universitas Islam Negeri termasuk UIN Sunan Kalijaga. Komunikasi Profetik salah satunya dibawa oleh Prof. Iswandi sebagai sebuah keilmuan yang diajarkan di UIN Sunan Kalijaga dengan mengambil intisari Ilmu Sosial Profetik yang digagas oleh Kuntowijoyo selaku guru besar Universitas Gajah Mada. 



Andrean Nur Fauzi 
18107030063

No comments:

andreannfz