May 2020 - Andreannf

Friday, May 29, 2020

TowilFiets, Kayuhanmu Menghidupi (Essay Mengenai TowilFiets)
May 29, 20200 Comments
Kota Yogyakarta atau lebih luas lagi dalam lingkup DIY mungkin sudah tidak asing lagi dalam dunia pariwisata. Bahkan dapat dibilang hampir seluruh kabupaten dan kota didalamnya memiliki tempat wisata alam maupun buatan yang menarik dimata para wisatawan local dan manca negara. Tak lupa pula tittle Yogyakarta yang kental akan budayanya juga turut dijadikan daya Tarik wisata tersendiri di dunia pariwisata. Bermain, belajar, mengamati, mencari inspirasi, dan lain sebagainya merupakan beberapa dari sekian banyak alasan mengapa Yogyakarta menjadi lokasi tujuan untuk berwisata. Jelas dengan permintaan yang semakin tinggi dan kesadaran masyarakat akan itu, pariwisata di Yogyakarta terus berkembang seiring waktu baik yang dibina dan diakomodir oleh pemerintah daerah secara langsung maupun inisiatif dari kelompok masyarakat di sekitar lokasi wisata. Hal ini lah yang terus dilanjutkan pengembangan dan perbaikannya karena dirasa memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat maupun pendapatan daerah. Di Kabupaten Sleman sendiri pada tahun 2019, Dinas Pariwisata Sleman melansir bahwa kontribusinya sector pariwisata sendiri menyumbang Rp 218,475 miliar atau mencapai 24,42 persen dari keseluruhan PAD.

Peran aktif masyarakat serta kemandiriannya dalam mendukung dan mensukseskan DIY sebagai tujuan pariwisata pun juga ditunjukkan oleh salah satu tokoh yang dengan hal sederhana dan bisa memanfaatkan sisi ke asrian Jogja. Dialah Muntowil, seorang pria kreatif berumur 46 tahun yang memanfaatkan kekayaan daerahnya dan hobinya sebagai lini usaha yang mendunia. Bertempat di Dusun Bantar, Desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, ia menjalankan usahanya. Bagi sebagian masyarakat Yogyakarta sendiri pun daerah tersebut terdengar asing, namun disanalah Muntowil atau yang akrab disapa Towil menemukan hidden paradisenya sendiri bersama bisnis pariwisatanya bernama Towilfiets. Towilfiets sendiri diambil dari gabungan antara namanya (Towil) dan sepeda dalam Bahasa Belanda yaitu Fiets. Dan sesuai dengan namanya, alat yang ia andalkan sebagai daya Tarik utama dari bisnis tersebut adalah sepeda onthel. Sebuah identitas masyarakat Jawa kuno yang mulai ditinggalkan namun berhasil dimanfaatkan olehnya. Mengapa? Tren sendiri sebenarnya tidak berubah, melainkan hanya berputar dan akan Kembali suatu saat. Ketika sepeda onthel tersebut sudah lama ditinggalkan, tentu perlahan akan muncul rasa nostalgia dalam diri seseorang untuk ingin menggunakannya Kembali. Dan peluang itulah yang sengaja di ciptakan untuk diterapkan dibisnisnya. Bermula dari 5 sepeda yang ia punyai dan sempat ditegur oleh ibu mertuanya karna hanya menumpuk dan dirasa terlalu berlebihan untuk digunakan sendirian, Towil perlahan membuktikan alat transportasi tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup menjanjikan hingga kini ia telah memiliki sebanyak 100 buah sepeda onthel dengan taksiran harga yang cukup menggiurkan jika dijual pada kolektor.


Foto diambil dari Antara


Towilfiets sendiri merupakan bisnis dibidang pariwisata atau lebih spesifiknya adalah guide tour dengan berbagai macam paket wisata yang ditawarkan. Dalam paket yang ditawarkan, wisatawan diajak  mengayuh seperda onthel untuk berkeliling desanya untuk melihat sekaligus mempelajari kearifan local yang ada. Tentu kita mungkin berfikir, bagaimana Towil menjalankan usahanya diatas usaha orang lain di sekitarnya? Towil sendiri juga melakukan “kulonuwun” dan Kerjasama dengan orang-orang yang usahanya ia jadikan untuk destinasi wisatanya, seperti pemilik sawah, produsen tempe, produsen kerajinan dan lain sebagainya. Hal inilah yang membawa TowilFiets tumbuh dengan baik karena ada support yang baik oleh kalangan disekitarnya dan tentu konsep pemasaran yang ia terapkan, yaitu system getok tular yang mengandalkan relasi dan tentu pemanfaatan media. Pemandangan desa yang masih asri dan gemercik air tentu memberikan kesan relaxing yang disenangi oleh para wisatawan sehingga cita-citanya untuk membuat pola wisata di Jogja berubah dapat terealisasikan. Ya, cita-citanya adalah membuat para wisatawan tinggal lebih lama di Yogyakarta dan mendalami lebih lanjut mengenai berbagai hal sebuah sector pariwisata seperti pola wisata yang ada di Bali. Karena menurutnya Yogyakarta tidak kalah banyak potensinya daripada Bali hanya belum tereksplore dengan baik. Maka tak heran dengan terobosan yang dilakukan oleh Towil ini sangat digemari oleh wisatawan asing dan seringkali diajak Kerjasama oleh agency tour and travel untuk melayani turis manca negara berwisata ala TowilFiets.


Foto diambil dari Facebook TowilFiets


Foto diambil dari Facebook TowilFiets
Hal ini Juga dapat dikaitkan dengan teori milik Baudrillard yaitu dalam bukunya yang berjudul Simulacra and Simulacrum, dimana ada konsep hiperrealitas yang menurutnya terdapat realitas mediascape yaitu dimana media memiliki kekuatan yang lebih dari biasanya dan membentuk citra-citra sehingga membuatnya terlihat hidup bahkan lebih hidup dari yang sebenarnya. Image Yogyakarta yang telah melekat sebagai daerah yang memiliki budaya yang cukup kental serta alam yang indah dan ditambah dengan bumbu-bumbu media tentu menjadikan citra Yogyakarta menggiurkan bagi wisatawan. Keadaan ini tentu sangat mendukung bisnis TowilFiets ini dalam hal mendatangkan wisatawan dan TowilFiets cukup melakukan branding ringan untuk lebih mengangkat namanya. Berbeda jika usaha ini dilaksanakan didaerah lain yang tidak memiliki previlage sebaik Yogyakarta dalam pembentukan citranya, tentu pengusaha harus berusaha lebih keras terlebih dahulu untuk membentuk citra yang baik pada daerahnya dahulu baru pembentukan citra pada usahanya. Didukung dengan pendapat Baudrillard yang lain dimana konsumsilah yang menjadi inti dari ekonomi, bukan lagi produksi. TowilFiets beruntung dapat berdiri diantara keduanya. Ia memanfaatkan konsumtif dari wisatawan ditambah juga membantu proses keberlangsungan produksi dari berbagai produsen yang ia ajak Kerjasama dalam tour and travelnya.

Foto diambil dari Facebook TowilFiets


Towil pun turut mengajak masyarakat Yogyakarta untuk mengeksplore daerahnya lebih dalam lagi karena ia yakin bahwa Yogyakarta tidak akan kehilangan potensi. Budaya, Agama, Sosial, dan lain sebagainya merupakan part-part yang dapat digali lebih jauh lagi oleh masyarakat untuk menarik wisatawan ke Yogyakarta dan tentu dengan pelayanan dan marketing yang baik pula agar menimbulkan kesan. Diharapkan masyarakat Yogyakarta juga mau untuk saling bersinergi satu sama lain agar dapat mewujudkan sector pariwisata yang unggul bahkan dapat menyaingi Bali suatu saat nanti. Towil pun turut membubuhkan kalimat pamungkasnya, yaitu “Hobimu bisa jadi penghasilan dan lingkunganmu bisa jadi penghidupan”.




Andrean Nur Fauzi - 18107030063 - Advertising A
Reading Time:

Tuesday, May 26, 2020

Sang Dewi di Pucuk Turi  (Usaha Berbasis Lokalitas)
May 26, 20200 Comments


PROPOSAL PEMBANGUNAN DESA WISATA PULESARI

Latar Belakang
Desa wisata ini merupakan desa wisata yang berdiri sendiri yang berawal dari masyarakat, Oleh Masyarakat dan untuk masyarakat bedasar semangat gotong royong membangun sebuah desa serta komitmen bersama dan banyaknya potensi yang ada diwilayah yang perlu kami lestarikan dan dikembangkan maka dari itu memunculkan sebuah gagasan sebuah ide untuk membetuk sebuah Desa wisata. Awal mulai mencanangkan konsep pariwisata pada tanggal 26 Mei 2012 dan dilakukan lounching desa wisata dan diresmikan pada tanggal 09 November 2012 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman,
Desa Wisata ini menyajikan sebuah wisata Alam dan Budaya Tradisi dalam artian Desa yang mempunyai potensi alam yang luar biasa sehingga perlu kita lestarikan serta dikembangkan dan dimanfaatkan sewajarnya tanpa merubah sebuah esensi dari pada kawasan pedesaan. Budaya Tradisi merupakan wujud dari desa yang selalu melestarikan nilai-nilai Budaya yang ada dimasyarakat agar tidak punah ditelan zaman moderenisasi ini.Desa wisata ini bertujuan untuk mempedayakan SDM dan SDA yang ada agar eksistensi Desa Wisata ini dapat dikenal dan diakui oleh masyarakat luas sehingga bisa menjadikan atraktif tersendiri bagi wisatawan yang hanya sekedar datang untuk menikmati suasana pedesaan yang ada diwilayah kami. 

Foto ketika Ice Breaking sebelum ke wahana inti dipandu oleh Guide dari Pulesari 
Gambaran Umum Desa Pulesari
Desa Wisata Pulesari berdiri dengan semangat gotong royong dan dibangun atas dasar dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Desa wisata Pulesari ini terletak di Pulesari, Wono Kerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Nilai jual dari Desa Wisata ini adalah wisata alam dan budaya tradisi dalam artian desa yang mempunyai potensi alam yang luar biasa sehingga perlu kita lestarikan serta dikembangkan dan dimanfaatkan sewajarnya tanpa merubah sebuah esensi dari pada kawasan pedesaan.

Analisa SWOT
a.           Kekuatan (Strength)
-       Program permainan yang sederhana namun cenderung asik pembawaannya
-       Wahana terawat dan dalam keadaan baik
-       Fasilitas cukup lengkap mulai dari permainan, kerajinan, hingga oleh oleh
b.           Kelemahan (Weakness)
-       Kurang adanya pembaharuan dalam segi wahana
c.           Peluang (Oppurtunities)
-       Paket wisata yang ditawarkan terbilang cukup mudah sehingga bisa digunakan untuk berbagai umur dan kalangan
-       Kaliurang merupakan tempat wisata terkenal di daerah Yogyakarta
d.           Ancaman (Threats)
-      Di daerah Turi sendiri mulai banyak bermunculan desa wisata yang menawarkan hal yang tidak jauh beda dengan harga yang cukup kompetitif

Insight
Desa Wisata Pulesari memiliki konsep yang fun, dimana mereka menitik beratkan pada wisatawan yang datang adalah tipe orang yang jenuh dan letih sehingga mereka menawarkan berbagai permainan sederhana dan cenderung mengedepankan Kerjasama tim dengan media khas pedesaan yang semakin jarang dapat ditemukan di daerah pada umumnya. Dengan konsep seperti itu, Desa Wisata Pulesari ingin mengajak wisatawan untuk bermain bersama menikmati alam dan melepaskan penatnya sejenak. 

Positioning
Desa Wisata Pulesari ini sangat menjual citra desa wisata yang tepat untuk dikunjungi oleh para pekerja keras, pelajar, dan wisatawan manca negara. Dengan segala permainan yang ditawarkan, desa wisata ini ingin menunjukkan bahwa Indonesia khususnya Turi memiliki alam yang indah, asri serta warganya yang memiliki nilai ramah tamah yang tinggi. 

Semboyan
T= entram, R= amah, A= man, DI= namis. S= ehat, I= ndah

Big Idea
a. Desa Wisata Pulesari merupakan desa wisata yang terletak di daerah Turi, Sleman, dengan fasilitias dan wahana yang cukup lengkap
b. Desa Wisata Pulesari cocok untuk dijadikan Pelepas penat bersama teman-teman
c. Desa Wisata Pulesari menawarkan berbagai jenis wisata kepada pelanggan
Memasuki salah satu wahana inti dari Pulesari yaitu susur sungai dan lewati rintangan air


Memasuki salah satu wahana inti dari Pulesari yaitu susur sungai dan lewati rintangan air

Potensi desa wisata

a. Sebagai lokasi wisata, Desa Wisata Pulesari terletak di daerah yang cukup tinggi  yang sejuk dan alam yang masih terjaga
b. Memiliki agro wisata kebun salak, sungai dan arena permainan lain yang cukup luas
c. Memiliki beberapa grup kesenian tradisional dengan pemain warga setempat
d. Memiliki banyak ragam kuliner tradisional yang khas Sleman dan siap saji
e. Memiliki beberapa homestay dengan arsitektur tradisional
f. Memiliki even outbond dengan fasilitas yang cukup lengkap.

Permasalahan

a. Kurang adanya pembaharuan dalam segi wahana. Dalam hal ini, memang wahana di Desa Wisata Pulesari cukup lengkap namun tidak ada salahnya untuk menambahkan sentuhan baru untuk penyesuaian.
b. Lokasi yang terbilang cukup jauh dari kota Yogyakarta cukup membuah wisatawan luar kota akan berpikir beberapa kali apakah worth dengan perjalanannya atau tidak. Disini tentu peran social media dalam melakukan branding harus lebih digiatkan untuk memunculkan citra yang bagus.
c. Website dan media social cenderung using dan perlu dilakukan pembaharuan agar lebih menarik orang ketika mencari informasi

Maksud dan Tujuan Desa Wisata

a. Meningkatkan Kesejateraan masyarakat  dengan motivasi dan komitmen bersama membangun pola pikir yang rasional.
b. Melestarikan dan mengembangkan Seni  dan budaya Tradisi Masyarakat Tradisonal.
c. Meningkatkan Sumber daya manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkualitas dan berkembang.
d. Mengutamakan Kualitas Desa Wisata dibandingkan Kwantitas
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membangun desa wisatab Yang bersih,aman dan nyaman.



Segmentasi

a. Demografis Keluarga : Dari segala tingkat usia, karna permainan yang cenderung mudah dan hanya mengutamakan kekompakan tim.
b. Geografis : Masyarakat kota, Pelajar, wisatawan luar daerah dan luar negeri
c. Psikografi : Secara psikologis adalah masyarakat kota yang jenuh dengan suasana perkotaan dan menginginkan nuansa alam dan pedesaan yang berbeda dari rutinitas kota sehari-hari.

Sasaran

a. Pemuda / remaja 
     -  Menyalurkan bakat , minat kreatifitas di bidang seni
     -  Mencegah hal-hal yang negative
     -  Menciptakan lapangan pekerjaan 
b. Masyarakat Desa Wisata Pulesari
c. Menjadikan Desa Wisata Pulesari sebagai desa wisata tujuan wisatawan

Rencana Program Kegiatan

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat
b. Peremajaan sector media (website dan social media)
c. Peningkatan sarana dan prasarana terutama wahana


Andrean Nur Fauzi - 18107030063 - Advertising A
Reading Time:

Friday, May 15, 2020

Local is The New World
May 15, 20200 Comments




Dalam sesi live instagram kali ini, pemilik akun @kawanrama mengundang @yogie_bartholomaeus untuk membahas sebuah topik yang kiranya cukup menarik. Dimulai dari sebuah premis dimana Jogja selalu tergambarkan oleh Malioboro saja padahal jika ditelusuri Jogja memiliki segudang icon yang layak jual bahkan mampu menyaingi Malioboro itu sendiri. Sisi industri kreatif ingin di kaitkan dengan banyaknya ruang terbuka di daerah Bantul untuk dapat mulai dipasarkan. Mulai dari industri anyam, tekstil, dan berbagai industri lain yang merupakan ladang emas siap garap jika dikelola dengan baik

Konsep industri yang sekiranya pas untuk dijalankan di kawasan Bantul sendiri kiranya menggunakan coorporate base. Dimana marketingnya berpusat di Jakarta dan target pasarnya untuk konsumen luar negeri atau turis asing. Mengapa demikian? Bantul yang sejatinya sebagai kota pertanian atau dalam bahasa mudahnya, masyarakat di daerah tersebut masih banyak yang mengandalkan hidupnya dengan bertani dan berkebun dirasa akan sangat sulit berkembang di era yang semakin maju ini karna tidak adanya penyeimbang yang diterapkan oleh pemerintah sehingga masyarakat selalu dibuat merasa cukup. Namun lambat laun, pemerintah didaerah itupun mulai mengangkat Bantul sebagai kota wisata. Mulai dari wisata alam hingga sentra kerajinan.

Program ini perlu direalisasikan dengan menggandeng berbagai pihak termasuk agensi yang mengurus lebih lanjut di arah digital. Jika telah masuk ke ranah agensi, maka sebuah daerah akan terlihat bagai sebuah brand. Dimana perlakuannya dalam pengurusan akan sedikit berbeda. Disini yang menjadi kendala cukup besar, ketika sebuah agensi hendak mengelola daerah dengan caranya, maka disitulah masyarakat sekitar yang merasa lebih tahu melayangkan templatenya, "nanti kami dapat apa?"

Tidaklah salah seperti itu, namun mental seperti ini yang seharusnya mulai dikurangi secara perlahan. Garis besar masyarakat masih suka berfikir jangka pendek sedangkan sebuah usaha yang baik harus memikirkan jangka panjang, dan sampai sekarang ini pun masyarakat kita masih susah untuk menerapkannya. Berkarya dahulu, tonjolkan potensi dan kreatifitas baru hasil akan mengikuti. Seperti yang kita ketahui, branding sebuah usaha atau daerah sendiri tidak tumbuh dalam waktu yang sebentar. Banyak usaha untuk melakukan branding gagal ditengah jalan karna masyarakatnya menganggap tidak ada gunanya dan money oriented.

Bantul sendiri memiliki nilai jual jika kita berbicara mengenai lokalitas dan budaya, kekentalannya masih lumayan terjaga dan hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk dapat diolah lebih jauh lagi. Kita dapat menilik Korea Selatan yang kini menjadi negara dengan nama yang cukup baik di dunia dengan menonjolkan kultur dan industrinya. Tentu mereka tidak mencapainya dalam waktu sebentar dan hanya terpaku pada periode pemerintahan saja, melainkan ada spirit bersama untuk mencapainya sehingga siapapun orang yang disana memiliki semangat yang sama dan selalu menjaga untuk tumbuh seperti yang di cita-citakan. Hasilnya pun kita bisa lihat di hari ini, dimana Korea Selatan tumbuh pesat meninggalkan negara disekitarnya. Dengan konsep lokal namun dipasarkan secara global dengan cara global pula, maka tak mungkin daerah kita khususnya Bantul bisa mendapatkannya. 

Namun dibalik keoptimisan itu, ada hal realitas yang kita semua sadari. Masyarakat kita sudah merasa nyaman dan cukup serta merasa merekalah yang paling tahu harus diapakan daerahnya karena ada ikatan emosional disana. Tentu ini merupakan kendala yang hebat untuk mencapai goals yang setingkat global. 



Andrean Nur Fauzi - 18107030063 - Advertising A
Reading Time:

Wednesday, May 13, 2020

Nulis Matek Gak Nulis Matek
May 13, 20200 Comments


Dalam sesi live Instagram dengan Endik Koeswoyo yang notabene seorang penulis script, novel, skenario dan lain sebagainya ini ditemui banyak insight baru baik berupa pengalaman pribadi maupun wawasan umum. 

Yang mungkin akan sangat terasa adalah ketika kita memulai sesuatu hal di apapun bidangnya, kita terbiasa untuk selalu menelan mentah-mentah ilmu tersebut tanpa adanya pengkajian yang lebih dalam lagi. Dikatakan bahwa peluang dan kemandirian itu penting dan harus dicari. Mengapa demikian? Perasaan cukup justru menjadi bumerang bagi kita untuk tidak lagi berkembang dan lambat laun pasti akan terkalahkan oleh orang lain yang lebih struggle dibandingkan kita. Terlebih lagi ketika kita memiliki seorang yang dianggap men-influence kita, sejatinya kita selalu mengikuti perkembangannya dan juga menggali lebih dalam bagaimana dia mampu berada dititik tersebut sebagai penambah wawasan kita dan juga termasuk menambah sudut pandang.

Banyak dari kita yang mungkin memulai sesuatu hanya karena ketertarikan semata ataupun berada di layer atas keingin tahuan. Namun tidak ada salahnya untuk kita mengetahui terlebih dahulu apa tujuan kita dibidang itu baru menjalankannya supaya langkah yang seharusnya kita pilih itu jelas. Apakah hanya sebatas kegiatan ataupun menjadi mata pencaharian yang proper. Ketika kita mengambil keputusan untuk menjadikannya mata pencaharian, maka jangan pernah ragu untuk menawarkan kemanapun produknya dan juga turut mencari penjelasan mengenai sistemnya sebagai cambuk kita benar benar semangat  dan terjun kedalamnya termasuk melakukan riset, mencari referensi dan tentu juga untuk menyelesaikannya.

Bersoal mengenai referensi, kemampuan kita akan biasa biasa saja jika kita tidak terjun total kedalamnya. Ketika kita telah terjun maka kita akan tau dimana kita seharusnya menempatkan diri dan siapa yang seharusnya menjadi acuan atau panutan kita mendalami hal tersebut. Sehingga ide dan wawasan akan terus fresh dan meminimalisir stuck. Mengetahui segmentasi pun juga menjadi dasar kita memilih seorang acuan. Karna tidak semua pasar dapat di mix and match kecuali idealisnya telah terbentuk sebagaimana mestinya.

Dalam kepenulisan sebuah naskah sendiri, terdapat sebuah formula umum sebuah cerita yang biasa disajikan yaitu berupa sebuah konflik yang diakhiri dengan plot twist. Adanya hubungan antar aktor pun juga menambah kemanisan sebuah cerita untuk dinikmati namun jangan sampai jumping dalam pendelivery-an sebuah cerita. Termasuk dalam sebuah naskah yang baik tidak disarankan untuk mengulang cerita yang sama karna hal itu akan membuat audience bosan dan membaca cerita sebelum melihat keseluruhannya.

Permainan cocoklogi dan dihubungkan dengan cerita masa kini juga termasuk sebuah rumus yang biasa dipakai dalam kepenulisan naskah. Dan ide-ide tersebut diharapkan selalu fresh dengan menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara mengamati dan membaca lebih banyak lagi referensi serta trend. Endik sendiri memiliki rumus pribadi dalam kepenulisannya, yaitu 100 halaman referensi sama dengan 1 halaman tulisan pribadinya. 



Andrean Nur Fauzi - 18107030063 - Advertising A
Reading Time:
andreannfz