Nama saya Andrean Nur Fauzi atau biasa dipanggil Andre.
Saya besar dan tinggal di Sleman yang notabene secara peradaban berada satu
tingkat dibawah kota Yogyakarta. Pada tahun ini di bulan November saya berumur
21 tahun. Dengan umur yang tidak bisa dikatakan remaja lagi dan telah banyak experience
yang saya lewati. Sama seperti orang seumuranku, tanggung jawab sekarang akan
lebih condong pada diri sendiri dan mengurangi tanggungan orang tua. Tidak
dapat dipungkiri pula, semakin bertambahnya umur, kebutuhan akan suatu barang
atau jasa pun meningkat. Terlebih lagi ada unsur “balas dendam” masa
kecil yang baru mungkin dicapai pada umur sekian, khususnya yang berkaitan
dengan hobi. Experience ini yang membuat saya kini memiliki beberapa cerita
tersendiri dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi iklan.
Jika berpaku pada hobi, maka akan terlihat berbeda antara
saya belasan tahun lalu dan saya di masa kini. Perbedaan itu sendiri dapat
tergambar dari ketika saya kecil dulu, saya memandang sebuah hobi hanya sebatas
suka karena keren, bagus, dan tampilannya menarik. Dan salah satu hobi saya
yang masih tetap dari dulu hingga sekarang adalah bermusik, baik itu memainkan
alat musik dan mendengarkan musik. Musik sendiri sudah bisa dibilang sebagai
pelengkap atau yang sekarang dikenal dengan istilah “starterpack” saya.
Dalam usia yang bisa dibilang anak-anak dulu, saya merasa cukup bahkan puas
dengan keyboard “semi toy” yang bahkan pada masa itu dijual di samping
ruas jalan UNY berdekatan dengan penjual kacamata. Namun seiring berjalannya
waktu, ketika saya semakin mengerti akan sound quality dan eksplore
musik yang lebih luas, saya menganggap keyboard tersebut sudah tidak terlalu
layak bagi saya dan saya memutuskan untuk upgrade ke keyboard semi profesional,
yaitu Yamaha PSR 450. Hal tersebut juga sama terjadi dalam kasus hobi saya yang
lain yaitu mendengarkan musik. Pada usia anak-anak, saya tumbuh dengan speaker
komputer basic dengan embel-embel “yang penting bunyi”. Dan tidak masalah bagi
saya ketika itu. Karena pengetahuan saya pada masa itu cukup saya bisa
mendengarkannya dan menghibur diri saya. Tapi hal itu turut berubah ketika saya
menginjak usia remaja dan saya mulai sedikit-sedikit tahu dan mempunyai standar
sendiri dalam bermusik, maka saya upgrade perlahan-lahan baik dari perangkat
audio speaker maupun earphone. Mungkin hal ini lumrah juga terjadi pada
masyarakat umum. Bahwa semakin seseorang tahu dan menggeluti dunia tersebut,
maka semakin bertambah pula poin-poin yang ia harus penuhi.
Bagi saya yang hobi mendengarkan musik dan traveling, tentu
pilihannya akan jatuh pada earphone dibandingkan dengan headset. Bentuk
yang sederhana dan tidak memakan tempat menjadi nilai plus bagi earphone
itu sendiri. Kini earphone juga banyak yang memberikan experience
setara bahkan melebihi sekelas headset sekalipun. Fitur noise canceling, suara
yang mendukung surround, detail yang luar biasa, dll. menjadikan earphone
semakin banyak peminatnya walau terkadang adanya gap antara earphone
yang berkualitas dan standar cukup terasa dari segi harganya. Iklan tentang earphone
ini sendiri menyebar ke berbagai platform dan perbedaan itu biasa
ditentukan dari kualitas dan harga barang tersebut. Seperti pada contohnya JBL
yang mengiklankan produknya dengan web series yang diupload di Youtube,
JBL ingin mengambil hati para anak muda yang pada masanya sangat menggemari web
series. Selain JBL, Vyatta sendiri mengambil jalur yang hampir sama dengan
JBL namun bedanya ia lebih menekankan pada jalur influencer yang dirasa mampu
memperkenalkan produk baru dengan lebih baik dan menyasar ke banyak orang. Ada
pula Advance dan Polytron yang sempat mengiklankan produk audionya di jalur
televisi karna pasarnya yang disasar adalah orang yang orientasinya pada brand
menengah. Berdasarkan dari iklan dan user experience yang dipaparkan
oleh review yang ada di Youtube, saya pun memutuskan untuk membeli produk
tersebut, yaitu JBL Flip 3. Saya membelinya di salah seorang distributor yang
saya temui di marketplace. Pada saat itu ia menjamin keaslian dan
legalitas produk tersebut dan memang benar asli yang dibuktikan dengan adanya
kartu garansi resmi dan hologram khusus. Dalam katalognya pun juga terdapat earphone
dari JBL yang menurut iklan dan review di Youtube suara cukup bagus walaupun
tidak terlalu mahal, dan saya pun memutuskan untuk membelinya juga, JBL
C100SI.
Sesampainya di rumah saya mencoba produk tersebut. Yang
pertama saya coba adalah JBL Flip 3 karena harga yang cukup mahal dan ingin
memastikan bahwa apa yang saya beli itu bagus dan sesuai dengan apa yang saya
mau. Setelah puas bermain-main dengan Flip 3, saya lalu lanjut mencoba C100SI. earphone
itu terasa fit in di telinga saya dan suaranya bagus bahkan mampu
menyaingi kualitas earphone yang harganya 2 kali diatasnya. Namun
setelah pemakaian kurang lebih 3 bulan, harga murah dengan suara bagus
ternyata harus ada yang dikorbankan. Ketahanan kabelnya tidak cukup baik dan
kuat. Dan ini juga terjadi pada beberapa teman yang juga memiliki earphone
tersebut. Dengan kasus yang sama, kabel sebelah kiri putus hanya dengan
pemakaian tidak terlalu ekstrim, walaupun pada bagian kanan tetap bagus dan
bisa digunakan seperti tidak terjadi apa-apa.
Dengan owning experience yang tidak terlalu baik
itu, anehnya saya justru membeli kembali earphone yang sama karena merasa suara
yang diberikan sangat bagus dan sudah terlanjur cocok dengan karakter suaranya
yang cukup bersih. Dan benar saja, setelah pemakaian sekitar 5 bulan, kabel
bagian kiri menjadi korbannya. Setelah itu saya merasa cukup dengan earphone
tersebut, lalu saya memutuskan untuk pindah ke merk lain dan saya
memutuskan untuk membeli Knowladge Zenith ZS3 yang juga saya dapat iklannya
dari Youtube dan dengan pertimbangan review pula. Earphone jenis ini
ternyata berbeda sekali dengan JBL yang pernah saya punya. Dari segi bentuk
yang lebih menempel pada telinga, dari segi detail lebih terasa karena seri ini
termasuk kedalam monitor earphone, dan dari jenis kabelnya terasa lebih
baik karena antara kabel dan earphonenya disediakan opsi untuk lepas pasang
sehingga lebih fleksibel. Terlebih lagi earphone ini upgradeable, baik
dari kabelnya maupun dari earphonenya itu sendiri. Setelah saya pakai
dalam kurun waktu beberapa bulan, perbedaan tersebut yang saya kira akan jauh
lebih baik justru malah membuat saya sedikit kurang nyaman karena perlu
adaptasi lebih lagi dengan earphone ini, termasuk sempat merasakan pusing
karena tidak terbiasa dengan driver earphone yang cukup kuat. Akhirnya
saya merasa kecewa karena terlalu percaya kepada iklan dan langsung membelinya
tanpa berpikir panjang.
Selain earphone, saya juga pernah tertipu iklan masa
kecil yang mungkin juga dialami oleh beberapa anak pada masanya. Seperti yang
kita tau, antara tahun 2005 hingga 2010, masa kecil anak-anak pada masa itu
dihiasi dengan iklan sepatu Homyped dan Carvil yang menyediakan gimmick mainan
berbagai macam. Pada masa itu, digambarkan mainannya sangatlah keren dan beda
dari mainan pada umumnya dan saya pun meminta pada orang tua untuk membeli
sepatu itu. Namun ketika sudah terbeli, mainannya hanya sebatas unik namun
tidak sekeren dan se-fantastis yang digambarkan di televisi, mengingat
imajinasi anak-anak pada masa itu berkaitan dengan film-film semacam Power
Ranger. Pada masa itu sempat tidak suka dengan mainannya walaupun sudah terbeli
dan cukup kecewa. Namun pemikiran anak-anak dan penggambaran visual pengiklan
yang cukup menarik dengan gimmick-gimmick yang eye catching, saya pun
tetap meminta untuk dibelikan sepatu tersebut ketika muncul gimmick model
terbaru di iklankan.
Sebenarnya
Gimmick ini sah-sah saja dilakukan oleh pengiklan. mengingat sebuah
produk memerlukan nilai x sebagai daya saing terhadap brand lain. Gimmick itu
sendiri biasa disesuaikan dengan target pasar yang hendak dituju. Seperti
misalnya ketika sebuah brand ingin memenangkan persaingan dengan target pasar
anak-anak akan memberikan gimmick yang berkaitan dengan keseharian anak-anak
seperti mainan ataupun aksesoris. Dan jika target pasarnya adalah remaja yang
suka berolahraga maka gimmick tersebut bisa berupa aksesoris olahraga ataupun
poster atlet.
Tidak
hanya gimmick untuk memenangkan pasar, produsen juga terkadang melakukan apa
yang disebut sebagai subsidi silang. Seperti halnya yang dilakukan oleh
JBL dalam cerita di atas, pihaknya mengorbankan kualitas kabel untuk
mendapatkan kualitas yang baik di segi suara dan harga. Hal tersebut cukup
masuk akal karena JBL merupakan perusahaan yang menjual produk yang
berkaitan dengan audio, sehingga dapat dipastikan Orang yang membeli JBL berarti ia tertarik untuk mencicipi kualitas
suara cara dari produknya. Sehingga ketika orang tersebut telah tertarik dengan
kualitas suaranya, diharapkan orang tersebut akan mengupgrade pilihannya
ke kualitas yang lebih baik.Jadi pihak JBL menggunakan earphone tersebut
sebagai tester untuk pengguna baru JBL. Dengan harga yang relatif murah,
pembeli pun akan terseleksi dengan sendirinya. Orang yang tertarik akan suara
dari JBL pasti akan membeli produk yang lebih baik daripada ada produk JBL
C100SI sedangkan ketika konsumen tidak memutuskan untuk membeli produk yang
lebih baik, JBL sudah mendapatkan keuntungan dari earphone tester tersebut.
Namun trik
iklan seperti ini kadang juga dimanfaatkan oleh pengiklan dengan dalih
hiperbola sehingga tercipta visual yang sedikit rancu atau terkesan menipu. Hal
ini yang harus dicermati oleh konsumen agar tidak tertipu dengan mindsetnya
sendiri.
Andrean Nur Fauzi - 18107030063 - Advertising A
Nama saya Andrean Nur Fauzi atau biasa dipanggil Andre. Saya besar dan tinggal di Sleman yang notabene secara peradaban berada satu tingkat dibawah kota Yogyakarta. Pada tahun ini di bulan November saya berumur 21 tahun. Dengan umur yang tidak bisa dikatakan remaja lagi dan telah banyak experience yang saya lewati. Sama seperti orang seumuranku, tanggung jawab sekarang akan lebih condong pada diri sendiri dan mengurangi tanggungan orang tua. Tidak dapat dipungkiri pula, semakin bertambahnya umur, kebutuhan akan suatu barang atau jasa pun meningkat. Terlebih lagi ada unsur “balas dendam” masa kecil yang baru mungkin dicapai pada umur sekian, khususnya yang berkaitan dengan hobi. Experience ini yang membuat saya kini memiliki beberapa cerita tersendiri dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi iklan.
Andrean Nur Fauzi - 18107030063 - Advertising A
No comments: